Saudaraku sekalian, akhir-akhir ini perhatian kita tersita oleh virus yang penyebarannya sangat cepat dalam waktu yang singkat. Hebatnya Coronavirus Disease 201 9 (COVID-1 9)ini karena secara sekaligus menghantam benteng pertahanan kesehatan jiwa dan raga masyarakat di berbagai belahan dunia. Memang sama-sama kita ketahui bahwa orang dengan daya tahan tubuh (imunitas) kuat, bisa melawan COVID-1 9 ini dan dengan izin-Nya akan baik-baik saja serta tidak muncul gejala, namun orang-orang seperti ini masih BERPOTENSI MENULARKAN karena statusnya adalah sebagai carrier (pembawa) virus.
Hal yang kita khawatirkan adalah jika para carrier ini bertemu orang-orang dengan imunitas lemah/rentan tertular (terutama lansia, bayi, penderita kanker, HIV, asma, diabetes, hipertensi, autoimun, TBC, dan sejenisnya). Atas dasar inilah berlaku himbauan untuk DI RUMAH SAJA, menghindari keramaian (social distancing), dan jaga jarak (physical distancing) serta jaga kebersihan diri dan lingkungan hingga tercipta ketahanan fisik yang kokoh.
Faktanya hampir di setiap Rumah Sakit terutama ruang gawat darurat akhir-akhir ini juga dipenuhi pasien dengan penyakit-penyakit yang ternyata sebagian besarnya dipicu oleh stressor psikis. Ya, kita disuguhi fakta bahwa “mentalpun diserang oleh Coronavirus". Ini terjadi secara tidak langsung melalui berbagai pemberitaan tentang korban yang berjatuhan. Belum lagi tidak sedikit hoax bertebaran, yang viralnya pun tak kalah cepat dari Coronavirus ini. Semua secara otomatis mengaktifkan pusat stress di otak kita. Hampir di setiap tugas jaga hingga malampun seringkali saya dan sejawat disini dan di berbagai daerah lain nyaris tidak tidur, karena selain pasien ODP COVID-1 9, terus berdatangan pasien yang pada dasarnya setiap keluhan yang muncul didasari dan atau diperberat oleh stress psikis. Angka kunjungannya akhir-akhir inipun semakin luarbiasa.
Berangkat dari fakta-fakta di lapangan itulah, melalui tulisan ini saya kembali menghimbau semua yang membaca untuk selain menjaga ketahanan fisik (asupan nutrisi, istirahat yang cukup, olahraga teratur, menjaga kebersihan diri), MENJAGA BENTENG PERTAHANANAN PSIKIS juga tak kalah penting agar tidak kebobolan lalu menekan kinerja daya tahan tubuh dan pada akhirnya menjadi orang-orang yang rentan tertular COVID-1 9. Kita semua tak ingin hal itu terjadi mengingat tekanan-tekanan dari pemberitaan COVID-1 9 yang begitu massif hampir setiap saat di media manapun mayoritas tak bisa kita elakkan. Jika hanya mengandalkan pengobatan, tidak akan sanggup Rumah Sakit menampung, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Kita perlu pencegahan. Aksi pencegahan yang massif mulai dari diri sendiri.
MASING-MASING ORANG HARUS MAMPU MENGUASAI DIRI DAN KONDISI
Setiap kita punya tanggung jawab atas input pemberitaan yang kita baca dan kita dengar. Pilah dan pilihlah berita apa yang dikonsumsi otak setiap harinya. Karena otak adalah bagian paling unik dan rumit. Jika terus terpapar pemberitaan negative sepertikabar jumlah korban yang terus bertambah, (yang sebenarnya adalah fenomena gunung es), penimbunan masker dan alat pelindung diri (APD), dan berbagai pemberitaan lainnya yang membuat kita tidak nyaman. Jika memang terlanjur mendengar pemberitaan massif tentang COVID1 9 yang secara wajar akan mengaktifkan pusat stress di otak, kita LAWAN dengan mengaktifkan logika di lobus frontal (bagian depan otak) sehingga bisa fokus ke solusi penting saat ini. Hadapi setiap pemberitaan dengan positive mindset. Ingat-ingat lagi siapa yang menciptakan virus itu. Dekati penciptanya. Semua ada maksud dan tujuannya bukan?
Semua milikNya dan akan kembali padaNya. Kita penuhi langit sepertiga malam dengan doa-doa kita, agar terhindar dari bahaya virus ini dan tidak menularkan ke orang lain dan virus ini kembali sesegera mungkin padaNya. Poin yang tak kalah penting yang selalu saya ingatkan terutama pada pasienpasien terkait keluhan psikosomatis agar baca dari sumber valid seperti WHO, Kementerian Kesehatan dan sebagainya.
Jangan tenggelam dengan arus informasi yang salah/hoax. Tetap jaga koneksi dengan keluarga dan sahabat, misal dengan Videocall atau meeting jarak jauh dan tidak lupa meluangkan waktu untuk apapun hobi yang mungkin lama terlupakan, melakukan hal-hal positif yang menyenangkan, meditasi (kalau di kita sebagai muslim, sholat dan dzikir diperbanyak, juga sedekah semaksimal yang kita bisa) serta banyak hal positif lainnya yang bisa kita biasakan. Kita sibukkan diri dengan hal-hal positif yang menyenangkan,bila perlu yang produktif hingga tercipta benteng pertahanan fisik dan psikis yang kokoh dan saya rasa itulah yg dimaksud dengan pernyataan yang sering kita dengar : KITA LAWAN COVID-1 9. Kendalikan dan motivasi diri sebaik mungkin. Terima keadaan ini dengan ikhlas.
Penting sekali untuk berdamai dengan keadaan dan tidak menyalahkan siapapun. Tidak menyalahkan siapapun. Termasuk menyalahkan pemerintah. Biarlah masing-masing kita melaksanakan tugas sesuai porsi masing-masing. Disaat-saat seperti ini, mari kita gunakan narasi-narasi yang mendinginkan suasana, saling mengingatkan dengan cara yang menyejukkan.
Setiap orang adalah pemimpin. Minimal untuk dirinya sendiri. Jangan biarkan pikiran ini tenggelam dengan arus pemberitaan negatif dan akhirnya panik lalu menurunkan daya tahan tubuh. Alihkan focus, jangan terus terpaku pada berita-berita itu. Tetap wapada tapi jaga benteng pertahanan fisik dan psikis masing-masing. Sambil terus berdoa semoga percepatan penanganan COVID-1 9 berjalan lancar, Allah hilangkan virus ini sesegera mungkin. Jangan sampai suatu saat setelah Pandemi ini berlalu dan kita masih diizinkan untuk hidup, lalu kita tidak lebih baik dari sebelum adanya COVID1 9. Tolong, jangan sampai merugi seperti itu. Semua kita tentunya berharap akan tetap hidup, dan menjadi manusia dengan kualitas lebih baik dari sebelum adanya COVID-1 9. Menjadi manusia yang lebih baik dari segala sisi.
Kita masyarakat Indonesia sebenarnya punya banyak kelebihan, beberapa diantaranya adalah jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi. Terbukti dari mengalirnya donasi dimana-mana. Antrian para relawan dari berbagai instansi pun adalah satu hal yang patut kita syukuri. Dan saya bangga jadi bagian dari orang Indonesia. Tapi inilah kelemahan yang ada, yang menurut saya cukup mengkhawatirkan jika terus dibiarkan, yaitu sebagian besar masyarakatnya masih belum mampu menguasai diri. Mudah sekali terbawa arus pemberitaan negatif, malas membaca. Kalaupun ada minat baca, daya bacanya cenderung rendah. Maksudnya kalau tulisan panjang banyak sekali yang enggan untuk membaca sampai tuntas (boleh dicari data validnya bahwa minat baca di Indonesia masih rendah). Tak heran informasi sepotong-sepotong sering dicerna dan menimbulkan kesalahpahaman.
Saatnya kita singkirkan semua kelemahan itu saat ini. Kita LAWAN dengan membiasakan diri untuk semua hal positif dan info valid yang bisa kita baca. Bagi umat Islam terutama, Tidak ada keraguan atas validasi Alquran. Bukankah ayat yang turun pertama kali memberi kita perintah untuk MEMBACA? Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan apa dan siapa? Ya kita semua, alam dan seisinya. Termasuk COVID-1 9 yang saat ini sedang memasung perhatian kita. Semoga kita tidak lengah dengan ayatayatNya. Lalu apa kaitan musibah pandemi ini dengan himbauan BACA dan PERTAHANAN PSIKIS?
Jika kita rajin membaca, diharapkan akan paham dengan situasi, dan lebih mampu menguasai diri, mengedepankan logika dan fokus pada manfaat dan solusi. Lebih memaksimalkan lobus frontal di otak kita. Bagian otak yang mengurus hal terbaik pengendalian diri, yang paling rasional dan penuh pertimbangan. Semoga tidak banyak yang terjerat pada info dengan narasi yang membuat stress, lalu menekan imun hingga pada akhirnya kita (sebagai makhluk yang sebenarnya jauh lebih kuat dari makhluk yang bernama SARS-Cov2) kalah. Tidak perlu berlebihan, tapi tetap waspada. Tetap di rumah jika ada keluhan saluran nafas yang ringan. Beri waktu imunitas untuk berperang, jangan tekan dengan stress psikis, beri hak tubuh dengan asupan bergizi dan jaga kebersihan. Jika keluhan memberat dan sepertinya imun tidak sanggup (lemah) hubungi 1 1 9 ext 9, atau petugas Dinas Kesehatan, atau jika merasa pernah kontak dengan pasien positif COVID-1 9 datanglah ke Rumah Sakit dengan masker dan tetap jaga jarak (physical distancing).
Kita harus menang dalam Pandemi ini. Ikuti aturan agama, aturan pemerintah. Jangan sedikitpun ada rasa meremehkan. Kita tentunya tidak menunggu keluarga terdekat kita yang kena, baru setelahnya tersadar dan mulai berbenah kan? Dalam agamapun (sebagai muslim) kita disuruh menghindar dari wabah penyakit menularseperti kita menghindar dari bahaya singa. Jangan membenturkan hal ini dengan iman dan tauhid karena ini jelas berbeda dan sudah ada dalil yang mendasari. Sekali lagi, mari sama-sama kita jaga POLA PIKIR POSITIF, JAGA KUALITAS IMUN, JAGA KUALITAS IMAN.
JAGA BENTENG PERTAHANAN FISIK DAN PSIKIS KITA.
InsyaAllah Pandemi ini akan berlalu karena secara hukum alamnya memang seperti itu (silahkan untuk menenangkan diri, baca lagi mengenai mekanisme Herd Immunity). Tapi semua itu butuh dukungan setiap orang dengan mengikuti aturan yang sudah beredar. Ingat, bahwa dalam pencegahan pada hakikatnya masyarakat adalah garda terdepan dalam melawan COVID-1 9. Setiap kita adalah garda terdepan. Semoga dengan terjaganya benteng pertahanan fisik dan psikis masing-masing kita, dan atas izin-Nya, Pandemi ini bisa berlalu lebih cepat dari yang diperkirakan dan kesehatan kita lebih baik dari sebelum adanya COVID-1 9 ini baik secara fisik maupun psikis.
TETAP SEMANGAT dan LAWAN COVID-1 9 MULAI DARI DIRI SENDIRI.
Berangkat dari fakta-fakta di lapangan itulah, melalui tulisan ini saya kembali menghimbau semua yang membaca untuk selain menjaga ketahanan fisik (asupan nutrisi, istirahat yang cukup, olahraga teratur, menjaga kebersihan diri), MENJAGA BENTENG PERTAHANANAN PSIKIS juga tak kalah penting agar tidak kebobolan lalu menekan kinerja daya tahan tubuh dan pada akhirnya menjadi orang-orang yang rentan tertular COVID-1 9. Kita semua tak ingin hal itu terjadi mengingat tekanan-tekanan dari pemberitaan COVID-1 9 yang begitu massif hampir setiap saat di media manapun mayoritas tak bisa kita elakkan. Jika hanya mengandalkan pengobatan, tidak akan sanggup Rumah Sakit menampung, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Kita perlu pencegahan. Aksi pencegahan yang massif mulai dari diri sendiri.
MASING-MASING ORANG HARUS MAMPU MENGUASAI DIRI DAN KONDISI
Setiap kita punya tanggung jawab atas input pemberitaan yang kita baca dan kita dengar. Pilah dan pilihlah berita apa yang dikonsumsi otak setiap harinya. Karena otak adalah bagian paling unik dan rumit. Jika terus terpapar pemberitaan negative sepertikabar jumlah korban yang terus bertambah, (yang sebenarnya adalah fenomena gunung es), penimbunan masker dan alat pelindung diri (APD), dan berbagai pemberitaan lainnya yang membuat kita tidak nyaman. Jika memang terlanjur mendengar pemberitaan massif tentang COVID1 9 yang secara wajar akan mengaktifkan pusat stress di otak, kita LAWAN dengan mengaktifkan logika di lobus frontal (bagian depan otak) sehingga bisa fokus ke solusi penting saat ini. Hadapi setiap pemberitaan dengan positive mindset. Ingat-ingat lagi siapa yang menciptakan virus itu. Dekati penciptanya. Semua ada maksud dan tujuannya bukan?
Semua milikNya dan akan kembali padaNya. Kita penuhi langit sepertiga malam dengan doa-doa kita, agar terhindar dari bahaya virus ini dan tidak menularkan ke orang lain dan virus ini kembali sesegera mungkin padaNya. Poin yang tak kalah penting yang selalu saya ingatkan terutama pada pasienpasien terkait keluhan psikosomatis agar baca dari sumber valid seperti WHO, Kementerian Kesehatan dan sebagainya.
Jangan tenggelam dengan arus informasi yang salah/hoax. Tetap jaga koneksi dengan keluarga dan sahabat, misal dengan Videocall atau meeting jarak jauh dan tidak lupa meluangkan waktu untuk apapun hobi yang mungkin lama terlupakan, melakukan hal-hal positif yang menyenangkan, meditasi (kalau di kita sebagai muslim, sholat dan dzikir diperbanyak, juga sedekah semaksimal yang kita bisa) serta banyak hal positif lainnya yang bisa kita biasakan. Kita sibukkan diri dengan hal-hal positif yang menyenangkan,bila perlu yang produktif hingga tercipta benteng pertahanan fisik dan psikis yang kokoh dan saya rasa itulah yg dimaksud dengan pernyataan yang sering kita dengar : KITA LAWAN COVID-1 9. Kendalikan dan motivasi diri sebaik mungkin. Terima keadaan ini dengan ikhlas.
Penting sekali untuk berdamai dengan keadaan dan tidak menyalahkan siapapun. Tidak menyalahkan siapapun. Termasuk menyalahkan pemerintah. Biarlah masing-masing kita melaksanakan tugas sesuai porsi masing-masing. Disaat-saat seperti ini, mari kita gunakan narasi-narasi yang mendinginkan suasana, saling mengingatkan dengan cara yang menyejukkan.
Setiap orang adalah pemimpin. Minimal untuk dirinya sendiri. Jangan biarkan pikiran ini tenggelam dengan arus pemberitaan negatif dan akhirnya panik lalu menurunkan daya tahan tubuh. Alihkan focus, jangan terus terpaku pada berita-berita itu. Tetap wapada tapi jaga benteng pertahanan fisik dan psikis masing-masing. Sambil terus berdoa semoga percepatan penanganan COVID-1 9 berjalan lancar, Allah hilangkan virus ini sesegera mungkin. Jangan sampai suatu saat setelah Pandemi ini berlalu dan kita masih diizinkan untuk hidup, lalu kita tidak lebih baik dari sebelum adanya COVID1 9. Tolong, jangan sampai merugi seperti itu. Semua kita tentunya berharap akan tetap hidup, dan menjadi manusia dengan kualitas lebih baik dari sebelum adanya COVID-1 9. Menjadi manusia yang lebih baik dari segala sisi.
Kita masyarakat Indonesia sebenarnya punya banyak kelebihan, beberapa diantaranya adalah jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi. Terbukti dari mengalirnya donasi dimana-mana. Antrian para relawan dari berbagai instansi pun adalah satu hal yang patut kita syukuri. Dan saya bangga jadi bagian dari orang Indonesia. Tapi inilah kelemahan yang ada, yang menurut saya cukup mengkhawatirkan jika terus dibiarkan, yaitu sebagian besar masyarakatnya masih belum mampu menguasai diri. Mudah sekali terbawa arus pemberitaan negatif, malas membaca. Kalaupun ada minat baca, daya bacanya cenderung rendah. Maksudnya kalau tulisan panjang banyak sekali yang enggan untuk membaca sampai tuntas (boleh dicari data validnya bahwa minat baca di Indonesia masih rendah). Tak heran informasi sepotong-sepotong sering dicerna dan menimbulkan kesalahpahaman.
Saatnya kita singkirkan semua kelemahan itu saat ini. Kita LAWAN dengan membiasakan diri untuk semua hal positif dan info valid yang bisa kita baca. Bagi umat Islam terutama, Tidak ada keraguan atas validasi Alquran. Bukankah ayat yang turun pertama kali memberi kita perintah untuk MEMBACA? Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan apa dan siapa? Ya kita semua, alam dan seisinya. Termasuk COVID-1 9 yang saat ini sedang memasung perhatian kita. Semoga kita tidak lengah dengan ayatayatNya. Lalu apa kaitan musibah pandemi ini dengan himbauan BACA dan PERTAHANAN PSIKIS?
Jika kita rajin membaca, diharapkan akan paham dengan situasi, dan lebih mampu menguasai diri, mengedepankan logika dan fokus pada manfaat dan solusi. Lebih memaksimalkan lobus frontal di otak kita. Bagian otak yang mengurus hal terbaik pengendalian diri, yang paling rasional dan penuh pertimbangan. Semoga tidak banyak yang terjerat pada info dengan narasi yang membuat stress, lalu menekan imun hingga pada akhirnya kita (sebagai makhluk yang sebenarnya jauh lebih kuat dari makhluk yang bernama SARS-Cov2) kalah. Tidak perlu berlebihan, tapi tetap waspada. Tetap di rumah jika ada keluhan saluran nafas yang ringan. Beri waktu imunitas untuk berperang, jangan tekan dengan stress psikis, beri hak tubuh dengan asupan bergizi dan jaga kebersihan. Jika keluhan memberat dan sepertinya imun tidak sanggup (lemah) hubungi 1 1 9 ext 9, atau petugas Dinas Kesehatan, atau jika merasa pernah kontak dengan pasien positif COVID-1 9 datanglah ke Rumah Sakit dengan masker dan tetap jaga jarak (physical distancing).
Kita harus menang dalam Pandemi ini. Ikuti aturan agama, aturan pemerintah. Jangan sedikitpun ada rasa meremehkan. Kita tentunya tidak menunggu keluarga terdekat kita yang kena, baru setelahnya tersadar dan mulai berbenah kan? Dalam agamapun (sebagai muslim) kita disuruh menghindar dari wabah penyakit menularseperti kita menghindar dari bahaya singa. Jangan membenturkan hal ini dengan iman dan tauhid karena ini jelas berbeda dan sudah ada dalil yang mendasari. Sekali lagi, mari sama-sama kita jaga POLA PIKIR POSITIF, JAGA KUALITAS IMUN, JAGA KUALITAS IMAN.
JAGA BENTENG PERTAHANAN FISIK DAN PSIKIS KITA.
InsyaAllah Pandemi ini akan berlalu karena secara hukum alamnya memang seperti itu (silahkan untuk menenangkan diri, baca lagi mengenai mekanisme Herd Immunity). Tapi semua itu butuh dukungan setiap orang dengan mengikuti aturan yang sudah beredar. Ingat, bahwa dalam pencegahan pada hakikatnya masyarakat adalah garda terdepan dalam melawan COVID-1 9. Setiap kita adalah garda terdepan. Semoga dengan terjaganya benteng pertahanan fisik dan psikis masing-masing kita, dan atas izin-Nya, Pandemi ini bisa berlalu lebih cepat dari yang diperkirakan dan kesehatan kita lebih baik dari sebelum adanya COVID-1 9 ini baik secara fisik maupun psikis.
TETAP SEMANGAT dan LAWAN COVID-1 9 MULAI DARI DIRI SENDIRI.
Salam Sehat
dr. Nia Rahmawinata Depok
Posting Komentar untuk "URGENT, Siapakah Garda Terdepan COVID-1 9?"