Pandemi COVID-19 di
Indonesia masih belum bisa dikendalikan, angka penularan dan korban meninggal
semakin bertambah. Saat ini masyarakat diminta semakin bertanggung jawab atas
kesehatan diri dan orang-orang di sekitarnya.
Salah satu cara utama
untuk menjaga kesehatan adalah dengan melakukan tindakan pencegahan secara 3M.
Menghindari kerumunan atau menjaga jarak fisik, memakai masker, dan mencuci
tangan dengan sabun. Namun, masih banyak yang mengabaikan protokol kesehatan
tersebut. Salah satu alasan atau penyebab mereka mengabaikan protokol kesehatan
adalah karena tidak percaya akan keberadaan atau fakta COVID-19.
Rasa tidak percaya ini bukan hanya tidak percaya pada keberadaan wabah COVID-19, namun ada beberapa alasan dan jenis ketidakpercayaan terhadap situasi pandemi. Sebagian dari mereka yang mengabaikan protokol, memercayai keberadaan COVID-19 namun tidak menganggap penyakit ini sebagai sesuatu yang serius. Sebagian yang lain merasa kebal dan tidak mungkin tertular COVID-19.
Source: cnnindonesia.com
Menurut bapak Wagiman
selaku ketua RW 10 Kel. Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok beliau mengatakan
bahwa sangat kesal terhadap masyarakat yang tidak percaya akan keberadaan
COVID-19. Sebab bapak Wagiman pernah merasakan sakitnya wabah virus ini selama
26 hari. Alasan lain timbulnya ketidakpercayaan terhadap wabah ini adalah
karena mereka meragukan data kasus. Bagi mereka, pencatatan angka penularan
terlalu dibesar-besarkan atau data kasus tidak benar dan simpang siur.
Kondisi pandemi yang
baru terjadi dalam beberapa tahun
terakhir ini memang situasi yang belum pernah dialami oleh banyak orang. Tak
hanya timbul kekacauan fisik, informasi yang terkesan simpang siur dan
berubah-ubah turut menyebabkan kekacauan mental bagi banyak orang. Akibatnya,
banyak orang memilih tidak mempercayai adanya COVID-19 daripada menerimanya
sebagai kenyataan baru.
Posting Komentar untuk "Masih Banyak Orang Tidak Mempercayai COVID-19"