credit image : papua inews |
INFODEPOK.NET - Pita hitam dan nyala lilin mewarnai aksi long march mengelilingi jalan protokol yang dilakukan setidaknya
250 tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua,
Kamis (16/9) kemarin.
Aksi dihelat sebagai ungkapan belasungkawa setelah kolega
mereka, Suster Gabriella Meilani (22), meninggal karena
jatuh ke jurang saat menyelamatkan diri dari penyerangan Tentara
Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di Distrik Kiwirok, Senin (13/9) awal
pekan ini.
Menurut kepolisian, insiden tragis itu terjadi ketika Distrik Kiwirok
diserang dan dibakar kelompok kriminal bersenjata (KKB) TPNPB pimpinan Lamek
Taplo. Serangan itu turut menyasar Puskesmas Kiwirok, serta memicu baku tembak
antara milisi dan TNI-Polri.
Akibat kejadian ini, mulanya
Gabriella dan dua rekannya sesama nakes, Suster Kristina Sampe Tonapa (32) dan
Mantri Gabriel Sokoy, sempat dinyatakan hilang. Gabriella dan Kristina baru
ditemukan dua hari kemudian pada rabu malam (15/9),
sedang berada di jurang sedalam 30 meter. Mereka disebut melompat ke jurang
tersebut untuk menyelamatkan diri dari kejaran milisi TPNPB.
Dalam evakuasi yang dilakukan TNI-Polri di Kamis pagi, Gabriella
ditemukan telah meninggal, sementara Kristina masih hidup namun terluka. Nasib
Mantri Gabriel Sokoy sampai
saat ini belum diketahui.
Selain korban jiwa Gabriella Meilani dan korban hilang Gabriel Sokoy,
serangan ini menyebabkan 1 dokter
dan 2 perawat luka tusuk, serta 1 prajurit terluka. Dalam
pawai belasungkawa tadi, ratusan nakes meminta pemerintah menjamin keamanan
dan keselamatan nakes di Papua agar insiden tragis ini tak
terulang kembali.
“Kami meminta kepada pemerintah daerah provinsi
Papua beserta TNI/Polri untuk menjamin keamanan dan keselamatan tenaga
kesehatan yang bertugas di seluruh wilayah Papua,” kata Ketua IDI Wilayah Papua
Donald Aronggear dalam keterangan tertulis, Jumat (17/9),
dilansir CNN Indonesia. Donald menuntut Pemerintah Provinsi
Papua berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan pemerintah kota, tokoh
agama, tokoh adat, serta tokoh masyarakat untuk bersama menjaga
keamanan nakes.
Ia menyebut, kondisi konflik di Papua seharusnya tidak membuat nakes
menjadi target penyerangan. “Kesampingkan masalah politik. Silakan itu urusan
politik, tapi nakes tidak terlibat dalam masalah politik tersebut, mereka
berkonsentrasi dalam pelayanan masyarakat. Itu tugas mulia,” tambah Donald.
Baku tembak antara TPNPB dan TNI di
Distrik Kiwirok kini membuat penduduk distrik dievakuasi ke Jayapura,
menyisakan Kiwirok jadi kota mati. Dalam penyerangan, TPNPB membakar
beberapa bangunan publik seperti puskesmas, bank, kantor distrik, barak nakes,
dan pasar.
Saat dikonfirmasi media lokal Jubi, anggota TPNPB Rambo Lokmbre membenarkan baku tembak dan pembakaran di Kiwirok memang dilakukan organisasinya. “Benar, hari ini, tanggal 13 September 2021. Kami akan sambut [TNI] di medan tempur, sampai Papua merdeka,” kata Rambo kepada Jubi.
Penyerangan disebut dipimpin Temkonki Uopdana dan Elly
Bidana. Aparat Indonesia mengklaim telah menembak mati Bidana
dalam pengejaran hari ini (17/9). “Personel gabungan berhasil melumpuhkan
satu anggota KKB meninggal dunia dan dua anggota KKB terluka. Diketahui
untuk anggota KKB yang meninggal dunia atas nama Elly M. Bidana yang
mengklaim dirinya sebagai Komandan Operasi KKB [Terirori] Ngalum-Kupel
pimpinan Lamek Taplo,” ujar Kabid Humas Polda Papua AM Kamal.
Penyerangan di Kiwirok adalah kontak bersenjata kesekian antara
KKB dan TNI-Polri yang memakan korban sipil. Meski dilindungi Hukum
Humaniter Internasional, konflik bersenjata membuat nyawa warga sipil
di Pulau Papua masih terus berjatuhan.
Sebelum ini, dua guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak,
bernama Oktavianus Rayo dan Yonatan Randen, tewas
ditembak, April 2021. Kepada Antarnews, seorang nakes di Puskesmas
Beoga mengatakan hidup dalam ketakutan dan ingin segera dievakuasi.
“Memang benar, kami mulai mengalami kesulitan karena kios atau warung tutup
sejak terjadinya penembakan. Kami [nakes] tidak mungkin bertugas dalam kondisi
seperti ini karena diliputi ketakutan,” kata nakes tersebut.
Pada Mei tahun lalu, dua nakes juga mengalami luka-luka saat menjalankan tugasnya di Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua, Selama tiga tahun terakhir, Menkopolhukam Mahfud MD mencatat ada 53 korban luka dan 59 korban meninggal dalam pusaran konflik TPNPB dan TNI-Polri di Papua.
Aktivis kerap mengoreksi bahwa angka korban sebenarnya lebih tinggi. Rentetan kekerasan tanpa henti di pulau ini membuat aktivis menuntut pemerintah berhenti menggunakan pendekatan militeristik. Sayangnya, suara ini tak didengarkan
Posting Komentar untuk "Konflik Memburuk Di Papua Berujung Tewasnya Nakes, IDI Minta Jaminan Keamanan"