credit image: titrto.id |
DEPOKINFO.NET - Orangutan termasuk ke dalam primata jenis kera
besar penghuni hutan hujan tropis, hutan rawa, dan rawa gambut. Rumah Orangutan
dikenal sebagai penyumbang oksigen dan menyerap CO2 bagi dunia.
Ancaman rusak dan hilangnya habitat orangutan
terjadi akibat perambahan, pembalakan, pertambangan, kebun, serta pemukiman.
Hal ini menyebabkan Orangutan, satwa liar dan masyarakat adat menjadi korban
yang harus kehilangan rumah mereka.
Pada Januari 2020, seekor Orangutan diusir
rumahnya sendiri, akibat hutan tempat hidup Orangutan dirambah oleh
pertambangan. Rusak dan hilangnya habitat orangutan juga menyebabkan
permasalahan lain yaitu munculnya konflik antara manusia dan orangutan.
Dengan menjaga hutan Orangutan, kita tidak hanya
menjaga kelestarian Orangutan saja, tetapi juga menjaga kelestarian satwa liar
lainnya, kemuliaan masyarakat adat, dan juga menjaga rumah penyedia oksigen dan
sumber daya alam lainnya.
Bukti pertama yang mengukuhkan orangutan
tapanuli sebagai kategori spesies baru terlihat dengan terpaparnya perbedaan
genetik yang sangat besar di antara ketiga jenis orangutan (melebihi perbedaan
genetik antara gorila dataran tinggi dan rendah maupun antara simpanse dan
bonobo di Afrika). Orangutan tapanuli diduga merupakan keturunan langsung dari
nenek moyang orangutan yang bermigrasi dari Dataran Asia pada masa Pleistosen
(+ 3.4 juta tahun silam).
Perbedaan morfologi lain terlihat dari ukuran
tengkorak dan tulang rahang lebih kecil dibandingkan dengan kedua spesies lainnya,
serta rambut di seluruh tubuh orangutan tapanuli yang lebih tebal dan keriting.
Pengukuran tengkorak dan tulang rahang ini dilakukan oleh peneliti Anton
Nurcahyo, MSi sebagai bagian dari studi doktoralnya yang sedang ia selesaikan
di Australian National University (ANU) bersama dengan pakar taksonomi primata
Prof. Dr. Colin Groves. “Kami sangat terkejut sekaligus senang ketika menemukan
ukuran tengkorak yang sangat berbeda secara karakteristik dibandingkan dengan
spesies lainnya”, tambah Anton.
Berdasarkan studi perilaku dan ekologi,
orangutan tapanuli juga diketahui memiliki jenis panggilan jarak jauh/ long
call (cara jantan menyebarkan informasi)
yang berbeda serta jenis pakan unik dari jenis buah-buahan yang hanya
ditemukan di Ekosistem Batang Toru.
Peninjauan terakhir terhadap jumlah populasi
orangutan tapanuli dilaporkan pada tahun 2016, di mana hanya tersisa tidak
lebih dari 800 individu hidup yang tersebar di tiga populasi terfragmentasi di
Ekosistem Batang Toru. “Terdapat tekanan antropogenik yang kuat terhadap
keberadaan populasi orangutan tapanuli karena konversi hutan dan perkembangan
lainnya”, ujar Dr. Puji Rianti, salah satu peneliti dari Institut Pertanian
Bogor yang mempelajari genetika konservasi dari spesies orangutan di Sumatera.
Dr. Rianti menambahkan bahwa, “Tindakan
mendesak diperlukan untuk meninjau ulang usulan-usulan pengembangan daerah di
wilayah ini sehingga ekosistem alami tetap terjaga demi keberlangsungan hidup
orangutan tapanuli di masa depan”. Saat ini kawasan Ekosistem Batang Toru
merupakan habitat terakhir bagi orangutan Tapanuli dengan jumlah individu
terpadat.
Oleh karena itu, sebagian kawasan ekosistem
Batang Toru telah ditetapkan oleh
Menteri LHK melalui Nomor : SK.637/MenLHK-Setjen/2015, tanggal 14 Desember
2015, menjadi KPH Lindung atau KPHL XXIV, KPHL XXV, dan KPHL XXVII, dipayungi
oleh KPHL XI pada tahun 2015.
Pengelolaan KPHL-KPHL tersebut perlu memprioritaskan upaya-upaya
perlindungan bagi spesies orangutan jenis baru.
“Pemerintah Indonesia sangat gembira dan bangga
terhadap penemuan ini”, ujar Menteri LHK. Menteri juga berpendapat bahwa
penemuan ini semakin menunjukkan betapa kayanya wilayah Indonesia dengan
keanekaragaman hayati yang masih relative sedikit diketahui. “Kami sangat
bertekad untuk menjaga keberlangsungan hidup spesies kera besar ini,
bekerjasama dengan pemerintah provinsi, kabupaten, para peneliti, LSM, sivitas
akademika, aktivis lingkungan, masyarakat dan para pihak lainnya. Kami
menyadari bahwa Indonesia semakin memainkan peranan kunci dalam konservasi
kehidupan global seluruh kera besar di dunia”, sambungnya.
Posting Komentar untuk "Utan Terakhir Orangutan"